Saat kita memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, kita diberi kesempatan emas untuk merenungkan berbagai ajaran mulia dan teladan yang ditinggalkan oleh Rasulullah kepada umat manusia. Salah satu teladan yang diajarkan adalah pentingnya menunjukkan pemuliaan dan rasa hormat terhadap perempuan, sebuah pesan yang sangat relevan dalam menghadapi tantangan kesetaraan gender yang muncul belakangan ini.
Era Jahiliyah dan Peran Nabi
Pada masa pra-Islam, sering disebut sebagai Zaman Jahiliyah, perempuan hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Mereka dianggap sebagai beban dan dianggap sebagai properti yang dapat dibeli, dijual, atau bahkan diwariskan. Kedatangan Nabi Muhammad SAW, yang sangat dihormati dan dihargai, tanpa ragu merupakan peristiwa yang membawa perubahan besar dengan kedalaman yang luar biasa. Dalam pandangannya, perempuan bukanlah objek, melainkan subjek yang memiliki hak asasi yang sama dengan laki-laki.
Memberikan Hak dan Martabat kepada Perempuan
Nabi Muhammad SAW menekankan status yang tinggi bagi ibu, yang layak mendapat tiga kali lipat penghormatan yang diberikan kepada ayah. Ini bukanlah sekadar retorika, melainkan manifestasi dari rasa hormat yang mendalam terhadap peran seorang ibu. Nabi juga mengajarkan umatnya tentang hak perempuan atas warisan, hak untuk memilih dan dipilih, serta hak untuk aktif berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan publik.
Perempuan pada zaman Nabi diberikan ruang untuk mengemukakan pendapat, berbisnis, dan berkontribusi di medan perang. Ini adalah bukti konkret bahwa perempuan tidak dilihat sebagai individu yang lemah atau sekadar pelengkap, melainkan sebagai mitra kerja dalam membangun peradaban.
Relevansi dengan Konteks Modern
Meskipun ajaran-ajaran ini telah ada selama lebih dari 14 abad, banyak perempuan masih hidup dalam ketidakadilan, diskriminasi, dan bahkan kekerasan hingga saat ini. Oleh karena itu, refleksi atas kelahiran Nabi Muhammad SAW harus berfungsi sebagai kesempatan bagi kita untuk kembali ke prinsip-prinsip dasar Islam yang memberikan hak dan martabat kepada perempuan.
Dalam konteks modern, masalah kesetaraan gender memiliki urgensi tersendiri. Berbagai organisasi dan negara berupaya memastikan bahwa hak-hak perempuan sejajar dengan hak-hak laki-laki. Dalam hal ini, kita dapat mengambil motivasi dari ajaran dan tindakan Nabi Muhammad SAW yang selalu menghormati perempuan.
Menuju Kesetaraan yang Sejati
Merenungkan ajaran Nabi Muhammad SAW seharusnya bukan hanya menjadi ritual tahunan semata-mata, melainkan harus diinternalisasi dalam tindakan sehari-hari kita. Menghormati perempuan berarti memberikan hak mereka sepenuhnya, mengakui kontribusi mereka, dan menghormati keberadaan mereka.
Sebagai individu yang menghormati Nabi Muhammad SAW sebagai teladan utama dalam kesempurnaan, kita wajib menerapkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Tanggung jawab ini meluas melampaui hubungan keluarga, mencakup interaksi sosial, upaya pendidikan, pekerjaan, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.
Penutup
Selamat Hari Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 H. Semoga kita selalu dipandu untuk mengikuti jejak dan ajaran beliau, khususnya dalam memuliakan martabat perempuan. Kesetaraan gender bukan hanya agenda global, melainkan juga ajaran suci yang harus kita wujudkan bersama-sama.