Kamis, 19 September 2024 – Berlangsung di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya, Malang beberapa Tim PSGA mengahadiri forum diskusi yang diadakan oleh Alimat Forum yang membahas mengenai isu-isu dan inovasi penyelesaian masalah keluarga muslim kontemporer. Forum ini dihadiri oleh beberapa pembicara yang luar biasa, seperti Dr. Iklilah Muzayyanah, Dr. Faqihudin Abdul Kodir, Prof. Alimatul Qibtiyah, Dr. Istiadah, dan Fitria Villa Sahara, S.IP, MComDev. Ibu Dr. Istiadah selakuk Kepala PSGA UIN Malang yang juga sekaligus menjadi ketua seluruh PSGA se PTKIN di Indonesia, dalam bicaranya menyebutkan, “PSGA adalah yang pertama kali diajak KOMNAS untuk membuat peraturan dalam dunia pendidikan” Ibu Isti sapaan akrab beliau, juga menyampaikan bahwa “forum ini adalah sebuah forum yang luar biasa untuk membicarakan perempuan dan peradaban dunia” dalam penyampaiannya juga Ibu Isti memperkenalkan bahwa PSGA telah diikuti oleh sebanyak 54 PTKIN dari 58 PTKIN se Indonesia.
Diskusi ini juga menyinggung fenomena bapak rumah tangga dan pergeseran peran gender. Prof. Alimatul Qibtiyah menjelaskan bahwa fenomena ini dapat memicu krisis maskulinitas, serta tantangan bagi keluarga ketika istri menjadi pencari nafkah utama. Meningkatnya jumlah bapak rumah tangga menyebabkan meningkatnya krisis maskulinitas pada laki-laki karena dia merasa dianggap lebih rendah dari istrinya, dan dari hal tersebutlah yang menyebabkan adanya KDRT. “Riset membuktikan semakin fleksibel peran pasutri, maka semakin bahagia kehidupan dalam berumah tangga”’ ungkap Prof. Alimatul Qibtiyah di akhir bicaranya.
Fenomena Female Breadwinner sangat rentan menimbulkan kesenjangan gender. “Kalau bapak yang mencari nafkah, ketika pulang ada istri yang menyambut. Tapi ketika FBWR yang mencari nafkah, tidak ada yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga”, papar salah satu pemateri disana. Sementara itu, pergeseran peran ini juga memiliki dampak positif, seperti meningkatkan kesetaraan dalam pengambilan keputusan, membantu perekonomian rumah tangga, dan menjadikan wanita menjadi lebih independent. Tetapi juga menimbulkan masalah seperti KDRT dan konflik dalam rumah tangga, seperti sering cekcok, Ketika istri pendapatannya 40% lebih suami akan merasa minder karena posisinya sebagai kepala rumah tangga, yang akhirnya suami melakukan KDRT atau melakukan perselingkuhan untuk mempertahankan maskulinitasnya.
Konferensi ini menggarisbawahi pentingnya berpikir berbasis HAM dan gender dalam menghadapi perubahan sosial, agar keluarga Muslim kontemporer dapat lebih harmonis dan bahagia. Forum diskusi di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya ini menjadi momentum penting dalam memahami dan mencari solusi atas isu-isu yang dihadapi oleh keluarga Muslim kontemporer. Dengan melibatkan para ahli dan praktisi dari berbagai latar belakang, diskusi ini tidak hanya memberikan wawasan yang mendalam, tetapi juga mendorong kolaborasi untuk menciptakan kebijakan yang lebih responsif terhadap perubahan sosial. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang pergeseran peran gender dan tantangan yang muncul, diharapkan keluarga-keluarga Muslim dapat menjalin hubungan yang lebih harmonis dan saling mendukung, demi terwujudnya masyarakat yang lebih sejahtera dan berkeadilan. Kedepan, penting bagi kita semua untuk terus berdialog dan berinovasi dalam menghadapi dinamika kehidupan yang semakin kompleks ini.