Oleh: Ratna Wati & Wardatul Mukhibbah
Pernahkah kamu merasa takut atau sedih karena terus-menerus diganggu atau dihina oleh teman sebaya? Itulah yang dirasakan oleh korban bullying. Bullying itu seperti perundungan, tapi lebih serius. Ini adalah perilaku jahat yang dilakukan berulang-ulang, baik secara fisik (dipukul, didorong), verbal (dihina, diejek), maupun sosial (dikucilkan, diboikot). Tujuan dari bullying itu sendiri untuk menyakiti orang lain dan membuatnya merasa tidak berdaya.
Masa remaja itu seperti masa pencarian jati diri. Di masa ini, kita semua pernah merasa bingung, ingin tahu banyak hal, dan mencoba menemukan siapa diri kita sebenarnya. Masa remaja ini adalah periode penting dalam eksplorasi dan pertumbuhan diri, di mana kita menemukan kesukaan, ketidaksukaan, nilai-nilai, dan aspirasi kita. Di masa remaja ini kita belajar bersosialisasi, menjaga persahabatan, dan mengatasi tantangan secara mandiri. Ini dilakukan untuk menemukan jati diri yang menantang dan membentuk kita menjadi individu yang dewasa dan mandiri. Tapi, bayangkan kalau selama masa pencarian ini kita terus-terusan diganggu dan diintimidasi?
Dampak bullying tidak hanya terbatas pada luka fisik, namun juga meluas ke kesehatan mental korban. Perilaku ini dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan korban, dan bahkan berujung pada tindakana bunuh diri. Dampak bullying terhadap kesehatan mental korban sangat serius, mulai dari disfungsi sosial, di mana mereka merasa takut untuk bergaul dan menarik diri dari lingkungan sosial, hingga perasaan rendah diri yang kronis akibat perkataan dan tindakan merendahkan. Selain itu, Bullying juga dapat membuat gangguan kecemasan yang berlebihankepada korban, insomnia yang mengganggu tidur, dan depresi yang membuat korban merasa sedih, putus asa, serta kehilangan motivasi. Kemudian, puncak dari kasus tindakan bullying ini dapat menyebabkan memikirkan tindakan bunuh diri karena tidak sanggup dengan segala tekanan yang ada.
Selain itu, bullying telah terbukti berdampak negatif pada prestasi akademik korban, Bullying melibatkan beberapa peran, termasuk pelaku, asisten, provokator, pembela, dan outsider, yang semuanya memainkan peran penting dalam dinamika sosial saat bullying terjadi. Meskipun ada penelitian yang menunjukkan bahwa bullying tidak secara langsung mempengaruhi prestasi akademik, ada bukti lain yang menunjukkan bahwa korban sering kehilangan fokus belajar karena merasa takut dan cemas.
Pelaku bullying sering kali dimotivasi oleh keinginan untuk menunjukkan kekuatan atau solidaritas kelompok, baik karena dorongan internal maupun pengaruh eksternal. Dampaknya tidak hanya terbatas pada korban, tetapi juga pada saksi dan pelaku itu sendiri. Saksi yang tidak bertindak bisa menjadi pasif atau bahkan mendukung perilaku tersebut, sementara pelaku sering kali mengalami penyesalan, terutama jika melihat reaksi pasif dari korban.
Terdapat tiga jenis bullying utama: fisik, verbal, dan sosial, yang semuanya memiliki dampak merusak bagi korban. Oleh karena itu, penting untuk mengatasi bullying secara holistik dengan melibatkan orang tua, guru, dan lingkungan sosial dalam upaya pencegahan. Kebijakan anti-bullying di sekolah, diskusi terbuka, dan pemberdayaan siswa untuk melawan bullying terbukti dapat membantu menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan mendukung. Pada akhirnya, bullying harus dihadapi melalui pendekatan kolektif, di mana setiap elemen masyarakat berperan aktif dalam pencegahannya.
Sumber Literatur:
Visty, Sesha Agistia.(2021).Dampak Bullying Terhadap Perilaku Remaja Masa Kini. Jurnal Intervensi Sosial dan Pembangunan (JISP), 2(1) : 50-58
Ali, M., & Asrori, M. (2004). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.